Rabu, 12 Oktober 2016

RESUME FOOD PRESERVATION TECHNIQUE: Water Activity & pertumbuhan , kematian dan kebertahanan mikrobia

Sebuah tinjauan termodinamika dasar dan terapan diperlukan untuk memahami konsep aw (Robinson dan Stokes, 1965, Welti dan Vergara, 1997). Konsep `Aktivitas ', dengan asumsi kesetimbangan termodinamika, menyatakan bahwa aw sama dengan f / fo, dimana f adalah fugasitas air dalam sistem (yaitu, kecenderungan melarikan diri dari air dari solusi) dan fo adalah fugasitas air murni pada suhu yang sama.
fugasitas adalah fungsi dari tekanan; tekanan total berkurang, fugasitas yang mendekati nilai tekanan uap (karena semua gas ini perilaku ideal ketika tekanan cenderung nol). Kemudian, untuk gas ideal atau gas nyata pada tekanan rendah, rasio fugacities dapat diganti dengan rasio tekanan:
 aw=Pw / Pw ° = ERH / 100
Dimana pw adalah tekanan uap air dalam kesetimbangan dengan makanan, dan PWO adalah tekanan uap air murni pada suhu yang sama. Tekanan uap air dalam kesetimbangan dengan makanan dapat diukur atau terkait dengan kelembaban relatif suasana di ekuilibrium (ERH) dengan makanan atau larutan.
Konsep aktivitas air Pertama-tama, aktivitas air didefinisikan hanya untuk sistem yang menyajikan keseimbangan yang termodinamika tekanan uap diukur parsial atas makanan dianggap sama seperti yang dari air dalam makanan, dan juga didefinisikan pada suhu tertentu dan tekanan total.
Masalah kedua yang timbul dari pertimbangan aw adalah suhu ketergantungan dari isoterm serapan. Perubahan dalam hasil suhu dalam perubahan aw di setiap tingkat kelembaban. Masalah ketiga dengan konsep aw adalah bahwa hal itu tidak memperhitungkan efek per se zat terlarut-zat terlarut dan zat terlarut-air interaksi, yang memiliki pengaruh besar pada kinetika reaksi kerusakan makanan.
Pengaruh aktivitas air tidak lepas dari sifat senyawa yang digunakan untuk menyesuaikan aw. Konsep aw (dengan semua keterbatasan disebutkan sebelumnya seperti efek zat terlarut dan situasi nonequilibrium tertentu) memungkinkan prediksi aktivitas mikroba dan reaksi kimia dikendalikan oleh reaktivitas kimia. Di sisi lain, konsep mobilitas molekul berguna untuk memprediksi hampir semua fisik properti dan juga reaksi kimia dibatasi oleh difusi. 
Teknik pengawetan makanan Kegiatan pada dasarnya adalah respon terhadap stres osmotik, dan karena itu sering disebut sebagai `osmoregulasi 'atau` osmoadaptation'. Reaksi ini paling berkembang di mikroorganisme, khususnya di sebagian osmotolerant dari ragi dan jamur, tetapi juga meluas pada hewan dan tumbuhan. sel mikroba memiliki internal tekanan osmotik yang lebih tinggi dari medium sekitarnya (Gutierrez et al., 1995).
Salah satu reaksi utama sel untuk mengurangi aw adalah akumulasi zat terlarut berat molekul rendah dalam sitoplasma mereka di konsentrasi yang cukup untuk hanya melebihi osmolalitas media eksternal.
Pertumbuhan mayoritas mikroorganisme adalah dalam kisaran 0.99 ± 0.98. Setiap mikroorganisme telah membatasi nilai aw di bawah ini yang tidak akan tumbuh, bentuk spora, atau menghasilkan metabolit toksik (BEUCHAT, 1987). Mengingat aw dalam kaitannya dengan stabilitas mikroba, nilai aw minimum yang memungkinkan pertumbuhan mikroba untuk berbagai jenis mikroorganisme menjadi perhatian besar.
Ketika mikroorganisme ditransfer ke lingkungan baru, ada dua kemungkinan hasil, kelangsungan hidup atau mati. kelangsungan hidup mikroba atau kematian akan didasarkan pada kemampuan mikroorganisme untuk beradaptasi di lingkungan baru.  untuk kelangsungan hidup dan kematian mikroorganisme yang dipengaruhi oleh aw kompleks.
Beberapa faktor intrinsik dan ekstrinsik dapat mempengaruhi hubungan ini namun berbeda dalam jenis makanan dan proses dan di antara jenis mikroorganisme yang terlibat. Suhu, oksigen, kimia dan lainnya perawatan fisik beberapa ekstrinsik faktor yang mempengaruhi pembusukan mikroba dari makanan dan juga aw-mikroorganisme tanggapan.


Continue Reading...

Selasa, 30 Agustus 2016

Dukungan Suami dalam Pemberian ASI Eksklusi

ASI adalah makanan bayi yang mempunyai banyak keuntungan dari segi fisiologis maupun emosional terutama untuk bayi yang baru lahir. World Health Organization (WHO), American Academy of Pediatrics (AAP), American Academy of Family Physicians (AAFP) dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan pemberian ASI ekslusif selama enam bulan dan pemberian ASI dilanjutkan sampai dua tahun.  Tidak perlu diragukan lagi karena didalam ASI mengandung antibody yang sangat diperlukan bayi untuk melawan penyakit yang menyerang dan ASI juga membunyai banyak kandungan zat kekebalan tubuh, ini sudah dibuktikan dengan banyaknya penelitian tentang ASI.
ASI mempunyai banyak manfaat namun masih saja banyak ibu-ibu menyusui yang tidak mengetahuinya, bahkan masih banyak ibu-ibu yang memilih tidak memberikan susu ekslusif dengan alasan sibuk dengan perkerjaannya. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2010 menunjukan pemberian ASI di Indonesia saat ini memprihatinkan, bayi yang menyusu eksklusif sampai enam bulan hanya 15,3%. Data UNICEF menunjukan sekitar 30 ribu kematian anak balita di Indonesia setiap tahunnya, dan 10 juta kematian balita di seluruh dunia setiap tahunnya, yang sebenarnya dapat dicegah melalui pemberian ASI eksklusif selama enam bulan sejak kelahiran bayi. Masih rendahnya angka pencapaian ASI eksklusif tentu saja perlu mendapat perhatian karena berkontribusi terhadap rendahnya kualitas sumber daya manusia di masa mendatang serta berdampak pula terhadap tingginya angka kesakitan maupun angka kematian.
Ditanah air sendiri pemberian ASI eksklusif masih berkisar antara 39-40%, Survei oleh Nutrition & Health Surveillance System (NSS) bekerja sama dengan Balitbangkes dan Helen Keller International di Jakarta, Surabaya, Semarang, Makasar dan delapan pedesaan (Sumbar, Lampung, Banten, Jabar, Jateng, Jatim, NTB, Sulsel) yang dilaksanakan pada tahun 2002, menunjukkan cakupan ASI eksklusif 4-5 bulan di perkotaan antara 4- 12%, sedangkan di pedesaan 4-25%. Pencapaian ASI eksklusif 5-6 bulan di perkotaan sekitar 1-13% dan di pedesaan 2-13%.2 Data UNICEF tahun 2007 menunjukkan angka cakupan ASI eksklusif di Indonesia sebesar 32%.
Seminar memperingati Pekan ASI Sedunia tahun 2008 mengemukakan banyak faktor yang menjadi masalah pemberian ASI yang rendah di Indonesia, salah satu faktor pendukung adalah suami yang merupakan orang terdekat yang memainkan peran kunci selama kehamilan, persalinan dan setelah bayi lahir termasuk pemberian ASI. Dukungan suami sangatlah penting untuk kondisi psikologis yang akan mempengaruhi keberhasilan dalam menyusui.
Sekitar 80% sampai 90% produksi ASI ditentukan oleh keadaan emosi ibu yang berkaitan dengan refleks oksitosin ibu berupa pikiran, perasaan dan sensasi. Apabila hal tersebut meningkat akan memperlancar prosuksi ASI. Di Australia, praktek pemberian ASI eksklusif terbukti 1,5 kali lebih berhasil apabila didukung oleh suami dan pada Studi di daerah urban Jakarta dan Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, membuktikan dukungan suami berhubungan dengan keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Pada kenyataannya dukungan suami membuat ibu berpeluang 5,1 kali lebih besar untuk memberikan ASI eksklusif daripada yang tidak didukung suami. Untuk itu perlu dilakukan penelitian tentang dukungan suami dalam praktek pemberian ASI eksklusif setelah dikontrol oleh faktor-faktor lain yang diduga berkontribusi. Faktor tersebut meliputi pengetahuan, sikap, rencana pemberian ASI eksklusif, paritas, pekerjaan ibu, pekerjaan suami, pendidikan suami, dan dukungan petugas kesehatan.
Pada penelitian tentang Dukungan Suami dalam Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang, Sumatera Barat yang dilakukan oleh Mery Ramadani dan Ella Nurlaella Hadi yang dilakukan pada tanggal 6 Juni 2010 dengan metode disain potong lintang, pada 186 ibu bayi 7-12 bulan yang berada di wilayah kerja Puskesmas Air Tawar, Kota Padang. Data dikumpulkan pada bulan Maret-April 2009 dengan metode wawancara menggunakan kuesioner yang sebelumnya telah diujicobakan di wilayah kerja Puskesmas Alai yang mempunyai karakteristik yang hampir sama dengan Puskesmas Air Tawar. Data dianalisis dengan menggunakan regresi logistik ganda. Perhitungan odds ratio (OR) dilakukan dengan mengontrol variabel kovariat yang bermakna secara statistik (nilai p<0,05) dan dicurigai mengganggu hubungan antara dukungan suami dengan pemberian ASI eksklusif. Dan di dapatkan hasil seperti di dalam tabel di bawah ini.
1.       Proporsi Pemberian ASI Eksklusif, Dukungan Suami dan Karakteristik Ibu (N = 186)
Variabel  
Katagori
(%)
Pemberian ASI eksklusif
Eksklusif
55,4

Tidak eksklusif
44,6
Dukungan Suami
Mendukung
57,0

Tidak Mendukung
43,0
Pengetahuan ibu
Baik
45,2

Kurang
54,8
Sikap ibu
Positif
35,5

Negatif
64,5
Rencana pemberian ASI
Ada
76,3

Tidak ada
23,7
Paritas
Banyak
7,0

Sedikit
93,0
Pekerjaan ibu
Tidak bekerja
58,1

Bekerja
41,9
Pekerjaan suami
Penghasilan tetap
84,9

Penghasilan tidak tetap
15,1
Pendidikan Suami
Tinggi
83,9

Rendah
16,1
Dukungan petugas kesehatan
Mendukung
45,2

Kurang mendukung
54,8

2.       Analisis Bivariat untuk Seleksi Variabel Kandidat Model Multivariat Pemberian ASI Eksklusif

Variabel  
Katagori
Nilai ᴘ
Dukungan Suami
Mendukung
<0,0005

Tidak

Pengetahuan
Baik
0,140

Kurang

Sikap
Positif
0,988

Negatif

Rencana beri  ASI
Ada
<0,0005

Tidak ada

Paritas
Banyak
0,326

Sedikit

Pekerjaan ibu
Tidak kerja
0,021

Bekerja

Pekerjaan suami
Tetap
0,039

Tidak tetap

Pendidikan suami
Tinggi
0,040

Rendah

Dukungan Nakes
Mendukung
0,004

Kurang


3.       Model dengan Semua Potensial Confounder dan Interaksi
Variebel
B
SE
Wald
Df
P value
OR
Dukungan Suami
0,702
0,392
3,200
1
0,074
2,017
Pengetahuan ibu
0,307
0,351
0,764
1
0,382
1,360
Sikap ibu
-0,161
0,375
0,183
1
0,668
0,852
Rencana pemberian ASI
1,605
0,420
14,626
1
0,000
4,978
Paritas
-0,586
0,707
0,687
1
0,407
0,557
Pekerjaan ibu
0,868
0,361
5,779
1
0,016
2,383
Pekerjaan suami
0,496
0,747
0,440
1
0,507
1,641
Pendidikan suami
0,857
0,710
1,457
1
0,227
2,355
Dukungan petugas kesehatan
0,827
0,372
4,945
1
0,026
2,288
Dukungan suami*pekerjaan suami
0,649
1,073
0,365
1
0,546
1,913
Dukungan suami*pendidikan suami
-0,364
0,010
0,130
1
0,719
0,695
Konstantan
-1,446
0,837
2,984
1
0,084
0,236

4.       Model Baku Emas
Variebel
B
SE
Wald
Df
P value
OR
Dukungan Suami
0,702
0,392
3,200
1
0,074
2,017
Pengetahuan ibu
0,307
0,351
0,764
1
0,382
1,360
Sikap ibu
-0,161
0,375
0,183
1
0,668
0,852
Rencana pemberian ASI
1,605
0,420
14,626
1
0,000
4,978
Paritas
-0,586
0,707
0,687
1
0,407
0,557
Pekerjaan ibu
0,868
0,361
5,779
1
0,016
2,383
Pekerjaan suami
0,496
0,747
0,440
1
0,507
1,641
Pendidikan suami
0,857
0,710
1,457
1
0,227
2,355
Dukungan petugas kesehatan
0,827
0,372
4,945
1
0,026
2,288
Kostantan
-1,555
0,797
3,808
1
0,051
0,211


5.       Penentuan Confounder pada Hubungan antara Dukungan Suami dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar, Kota Padang, 2009
Vareiabel
OR crude
OR Adjusted
Perubahan
Keterangan
Sikap Ibu
2,084
2,064
0,96%
Bukan confounder
Paritas
2,084
2,081
0,14%
Bukan confounder
Pengetahuan Ibu
2,084
2,073
0,53%
Bukan confounder
Pendidikan Suami
2,084
2,130
2,21%
Bukan confounder
Pekerjaan Suami
2,084
2,302
10,5%
Confounder
Dukungan petugas kesehatan
2,084
2,742
31,6%
Confounder
Pekerjaan Ibu
2,084
2,293
10,01%
Confounder





6.       Model Akhir Hubungan Dukungan Suami dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar, Kota Padang, 2009

Variabel
Β
SE
Wald
DF
Nilai p
OR
Dukungan Suami
0,783
0,336
5,423
1
0,020
2,187
Pekerjaan Suami
1,233
0,474
6,771
1
0,009
3,430
Dukungan petugas kesehatan
0,736
0,339
4,716
1
0,030
2,087
Pekerjaan ibu
0,782
0,329
5,635
1
0,018
2,186
Konstanta
-1,449
0,306
22,409
1
0,000
0,235

Sebanyak 55,4% ibu memberikan ASI eksklusif kepada bayinya karena 57% ibu mengatakan mendapat dukungan dari suaminya. Ada hubungan antara dukungan suami dengan pemberian ASI eksklusif dimana ibu yang mendapat dukungan dari suami mempunyai kecenderungan untuk memberikan ASI secara eksklusif sebesar 2 kali dibanding ibu yang kurang mendapat dukungan dari suaminya setelah dikontrol pekerjaan suami, dukungan petugas kesehatan, dan pekerjaan ibu.

REFERENSI :
1.       Ramadani, Mery. 2010. Dukungan Suami dalam Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Air Tawar Kota Padang, Sumatera Barat. Padang: Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol. 4

2.       Umboh, Edelwina . 2013. Pengetahuan Ibu Mengenai Manfaat ASI pada Bayi. Manado : Jurnal e-Biomedik Vol. 1
Continue Reading...
>

Followers